Jakarta -
Kemenpora menyebut Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) nasional meningkat menjadi 56,33%. IPP dinilai menjadi salah satu instrumen kemajuan pembangunan pemuda di Indonesia.
"Kita membutuhkan kenaikan yang tajam dari IPP ini untuk menghasilkan pemuda yang memiliki daya saing tinggi menuju Indonesia emas 2045," kata Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kemenpora Raden Isnanta dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/8/2024).
Diketahui, skor IPP nasional pada 2022 yakni 55,33% dan 2023 dengan nilai mencapai 55,83%. Kini, IPP nasional mencapai 56,33%.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Isnanta menambahkan upaya pemerintah untuk meningkatkan IPP memang terus dilakukan dengan langkah memperluas kolaborasi lintas sektor dalam penyelenggaraan pelayanan kepemudaan. Selain itu, ada juga langkah pemerintah untuk meningkatkan partisipasi pemuda dalam kegiatan berorganisasi, kewirausahaan di kalangan anak muda, hingga meningkatkan partisipasi anak muda di bidang sosial dan politik.
Isnanta mengatakan keterlibatan anak muda dalam pembinaan karakter, penguasaan wawasan yang luas dengan pemanfaatan teknologi yang serba digital, juga terus dimaksimalkan.
"Skor IPP itu potret dari posisi pemuda Indonesia dan rakor ini untuk menggerakkan semua komponen, terukur dan bareng-bareng menjalankan skenario program yang telah disepakati bersama bertujuan mewujudkan skor IPP tinggi," ujarnya.
Isnanta memastikan diperlukan kerja keras dan komitmen bersama dalam menyusun strategi kebijakan yang tepat untuk dapat mendorong capaian target. Sinergisitas semua pemangku kepentingan seperti pemerintah, swasta, dunia pendidikan, media, masyarakat dan OKP harus terus ditingkatkan pola koordinasi dan komunikasinya.
"Peran masing-masing harus dimaksimalkan sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing, saya yakin peningkatan IPP ke depan makin dahsyat" ujarnya.
Penghitungan IPP
Merujuk situs resmi Kemenpora RI, proses penghitungan skor IPP melibatkan sejumlah pihak di antaranya Badan Statistik Nasional (BPS) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Adapun sember data menggunakan hasil survei BPS, yaitu Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Susenas Modul Sosial, Budaya, dan Pendidikan (MSBP).
Ada sejumlah indikator yang menjadi landasan dalam proses penghitungan IPP. Pada domain pendidikan misalnya, terdapat tiga indikator, meliputi rata-rata lama sekolah, angka partisipasi sekolah menengah dan angka partisipasi perguruan tinggi.
Selanjutnya indikator untuk domain kesehatan dan kesejahteraan meliputi angka kesakitan pemuda, persentasi korban kejahatan, persentasi pemuda yang merokok dan persentasi remaja perempuan yang sedang hamil.
Domain lapangan dan kesempatan kerja punya dua indikator yaitu persentasi pemuda wirausaha kerah putih dan tingkat pengangguran terbuka.
Untuk domain partisipasi dan kepemimpinan, meliputi persentase pemuda yang mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan, Persentase pemuda yang aktif dalam organisasi dan
Persentase pemuda yang memberikan saran atau pendapat dalam rapat.
Sedangkan domain Gender dan Diskriminasi, dihitung berdasarkan angka perkawinan usia anak, persentase pemuda perempuan berusia 16-24 tahun yang sedang menempuh pendidikan tingkat SMA ke atas, dan persentase pemuda perempuan yang bekerja di sektor formal.
Hasil akhir berupa skor IPP ini menjadi penentu kelaikan kondisi perkembangan pemuda di Indonesia. Semakin tinggi skor yang diperoleh baik tingkat daerah maupun nasional, maka semakin baik pula kondisi kepemudaannya.
(eva/azh)