Kopi asal Indonesia semakin dikenal di pasar global. Sepanjang semester I 2025, ekspor kopi tercatat mencapai 206,7 ribu ton. Komoditas unggulan ini dikirim ke sejumlah negara tujuan utama seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Timur Tengah, dan Asia Tenggara.
Deputi Bidang Usaha Menengah Kementerian UMKM, Bagus Rachman, menyebut bahwa nilai ekspor kopi Indonesia pada 2024 mencapai Rp 24,8 triliun.
”Angka-angka ini menegaskan bahwa kopi Indonesia terus diminati pasar global,” kata Bagus dalam keterangan tertulisnya, dikutip Selasa (7/10).
Bagus menambahkan, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia dengan luas perkebunan sekitar 1,2 juta hektare, di mana lebih dari 90 persen dikelola oleh petani rakyat.
Salah satu yang jenis kopi yang sukses menembus pasar global adalah kopi specialty Argopuro Walida asal Situbondo. Kopi ini merupakan hasil olahan petani lokal yang tergabung dalam Kelompok Masyarakat (Pokmas) Argopuro Walida. Senin lalu (6/10), Pokmas Argopuro Walida bersama Kementerian Koperasi dan UKM telah mengekspor 15 ton kopi specialty senilai Rp 3 miliar ke Jeddah, Arab Saudi.
Bagus menilai ekspor ini bukan hanya simbol, tetapi bukti nyata kontribusi UMKM perkebunan dalam memperkuat ekspor nasional.
“Kopi kita memiliki keragaman varietas dan cita rasa unik, banyak yang masuk kategori specialty coffee dengan nilai premium," kata Bagus.
Lebih lanjut, dalam upaya memaksimalkan komoditas kopi, Kementerian UMKM menginisiasi program holding UMKM klaster perkebunan. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan dan menciptakan ekosistem rantai pasok yang terintegrasi antara usaha mikro, kecil, menengah, dan perusahaan besar sehingga komoditas unggulan dapat bernilai tinggi.
”Kopi Argopuro menjadi contoh nyata bagaimana usaha menengah dapat menjadi lokomotif penggerak ekosistem UMKM,” kata Bagus Rachman.
Agus menjelaskan, melalui program ini usaha menengah akan berperan sebagai operator dan menjalankan empat pilar utama, mulai dari aggregator, inkubasi, pemasaran dan pendanaan.
Bupati Situbondo Yusuf Rio Wahyu Prayogo mengatakan, pihaknya menargetkan Kabupaten Situbondo menjadi sentra kopi yang diperhitungkan di Indonesia.
”Dengan dukungan penuh dari semua pemangku kepentingan, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, dan tentu saja para pengusaha UMKM, kita berupaya membangun ekosistem kemitraan yang tangguh, berdaya saing tinggi, sehingga mampu menembus pasar global secara berkelanjutan,” kata Yusuf.
Menurutnya, semakin banyak UMKM di Kabupaten Situbondo yang bisa berkiprah di tingkat nasional maupun internasional, dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan.
Ketua Pokmas Argopuro Walida, Muhlisin, menyatakan komunitasnya siap menjadi operator Holding UMKM Klaster Perkebunan. “Kami siap menjadi operator agar semakin banyak petani kopi terhubung, semakin kuat jejaringnya, dan semakin luas pasarnya,” kata Muhlisin.