Syarat Anak Boleh Vaksin Dengue Saat Orangtua Kena DBD, Ini Penjelasan IDAI

Liputan6.com, Jakarta - Ketika salah satu anggota keluarga terdiagnosis demam berdarah dengue (DBD), kekhawatiran biasanya langsung menyebar ke seluruh rumah. Orangtua pun mulai bertanya-tanya, apakah anak yang tinggal serumah perlu segera di-vaksin dengue untuk mencegah penularan? 

Menjawab hal ini, Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),  Prof. DR. dr. Hartono Gunardi, Sp.A menjelaskan bahwa vaksin dengue boleh diberikan kepada anak yang tinggal serumah dengan penderita DBD, asalkan anak dalam kondisi sehat dan tidak menunjukkan gejala apa pun.

"Untuk anak yang tinggal serumah dengan penderita demam berdarah, bila dia belum ada gejala dan belum demam, tentu boleh dilakukan imunisasi minggu ini. Tapi kalau dia sudah ada gejala atau sedang demam, tidak boleh divaksin," kata Prof Hartono kepada Health Liputan6.com dalam sebuah kesempatan.

Lebih lanjut, dia menegaskan bahwa vaksin dengue merupakan vaksin hidup yang dilemahkan, sehingga tidak boleh diberikan pada anak dengan gangguan kekebalan tubuh. Baik karena penyakit tertentu maupun karena penggunaan obat-obatan penekan sistem imun.

"Anak yang memiliki gangguan imun, baik karena penyakit atau obat-obatan imunosupresif, tidak boleh menerima vaksin dengue. Misalnya anak dengan kelainan imunologis atau yang sedang menjalani terapi penekan kekebalan tubuh," tambahnya.

Hal ini penting untuk diperhatikan agar vaksinasi berjalan aman dan efektif, mengingat sistem kekebalan tubuh yang lemah dapat memicu efek samping yang tidak diinginkan pada penerima vaksin hidup.

Dari sisi efektivitas, vaksin dengue menawarkan perlindungan cepat sekaligus jangka panjang. Hal ini dijelaskan oleh President Global Vaccine Business Unit, Takeda Pharmaceutical, Derek Wallace.

"Alasan utama melakukan vaksinasi segera adalah perlindungan cepat. Vaksin mulai melindungi sekitar delapan hari setelah penyuntikan," kata Wallace. Selain itu, manfaat vaksin dengue tidak hanya melindungi dari paparan virus dalam waktu dekat, tapi juga memberikan perlindungan berkelanjutan.

"Anda tidak hanya mencoba mencegah episode dalam waktu satu atau dua minggu, tapi juga memberikan perlindungan selama bertahun-tahun. Bulan depan, tahun depan, dan tahun setelah itu,” tambahnya.

Selain vaksinasi, Prof. Hartono juga mengingatkan pentingnya menerapkan pola hidup sehat untuk menjaga daya tahan tubuh, termasuk mencegah obesitas. "Kita harus berusaha supaya tidak obes. Jangan overeating. Terapkan gaya hidup yang baik dengan aktivitas fisik setidaknya 150 menit per minggu," katanya.

Aktivitas fisik yang cukup, pola makan seimbang, serta kebersihan lingkungan tetap menjadi kunci utama dalam mencegah penyebaran DBD.