Para orang tua korban bangunan ambruk Ponpes Al-Khoziny, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, mulai dites Deoxyribonucleic Acid (DNA), Kamis (2/10).
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto, mengatakan, pelaksanaan DNA ini dilakukan oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) di Rumah Sakit Siti Hajar Sidoarjo.
"Jelas ya. Makanya tadi saya katakan, setiap terjadinya bencana apalagi sampai korban begini ya, tentu saja yang harus dilakukan. Nanti begitu ketemu langsung dilakukan tindakan penyelamatan dulu. Walaupun sudah menjadi jenazah kan langsung dimasukkan pada kantong langsung dibawa ke rumah sakit Siti Hajar. Nanti di situ dilakukan identifikasi oleh DVI," ujar Suharyanto di posko asrama putri Ponpes Al-Khoziny, Kamis (2/10).
Suharyanto menyampaikan, tes DNA ini bertujuan untuk mencocokkan antara korban dengan orang tuanya.
"Nah, makanya tadi juga disampaikan, di sini kan belum ada yang bukan merupakan anak. Misalnya ponakan, nah itu juga menjadi pokok perhatian karena kan DNA biasanya juga ahlinya bilang yang langsung orang tua dan sebagainya itu yang menjadi pokok perhatian setelah ini. Jadi ini memang tahap kita mencari korban yang di dalam rumah (bangunan ambruk)," ucapnya.
Seperti diketahui, peristiwa ambruk bangunan Ponpes Al-Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, terjadi pada Senin (29/9) sore saat para santri melaksanakan salat Ashar sekitar pukul 15.00 WIB.
Total korban yang telah dievakuasi sejak hari pertama hingga Rabu (1/10) malam yakni 108 orang, 5 di antaranya meninggal dunia. Sementara sisanya selamat namun mengalami luka-luka.
Berdasarkan data BNPB, masih ada 59 korban yang masih hilang atau tertimbun di reruntuhan bangunan.