Jakarta (ANTARA) - Nobel Perdamaian tahun ini diberikan kepada pemimpin oposisi Venezuela Maria Corina Machado atas perjuangannya membela demokrasi di negaranya, demikian diumumkan Komite Nobel di Stockholm, Jumat (10/10).
Dalam rilis pers Komite Nobel yang dipantau di Jakarta, Jumat, Machado dianggap pantas menerima Nobel Perdamaian berkat “kerja tanpa lelahnya memajukan hak-hak demokrasi rakyat Venezuela dan atas perjuangannya mewujudkan transisi dari kediktatoran menuju demokrasi secara adil dan damai”.
Sang pemimpin oposisi Venezuela dianggap sebagai contoh keberanian rakyat sipil yang paling luar biasa di Amerika Latin. Terlebih, saat ini tanah airnya dianggap semakin terjerumus ke dalam otoritarianisme serta krisis kemanusiaan dan ekonomi.
Komite Nobel memandang Machado sebagai tokoh kunci yang mempersatukan kelompok oposisi Venezuela dengan tujuan bersama, yaitu tuntutan pemilu bebas dan pemerintahan yang representatif.
“Inilah inti dari demokrasi: Adanya kemauan yang sama untuk membela pemerintahan rakyat meski terjadi perselisihan pendapat. Ketika demokrasi terancam, semakin penting untuk mempertahankan titik temu ini,” kata Komite Nobel.
Komite Nobel mengatakan bahwa Machado sudah bergerak membela pemilu yang bebas dan adil sejak 20 tahun yang lalu, serta terus bersuara mendukung pemajuan HAM dan pengadilan yang independen.
Setelah Machado diskualifikasi dalam pemilu presiden Venezuela pada 2024, kelompok oposisi Venezuela pun bersatu memobilisasi simpatisan mereka sebagai pemantau pemilu untuk memastikan pelaksanaan pemilu yang jujur dan adil.
Atas perannya membela demokrasi di Venezuela, Machado disebut telah memenuhi tiga kriteria yang disyaratkan pencetus Hadiah Nobel, Alfred Nobel, untuk dapat memenangkan Nobel Perdamaian.
Ia telah menyatukan oposisi Venezuela, tak pernah lelah dalam melawan militerisasi masyarakat Venezuela, dan teguh dalam perjuangannya demi transisi damai menuju demokrasi, kata Komite Nobel.
Komite Nobel menyatakan bahwa Machado telah menunjukkan bahwa alat-alat demokrasi adalah alat-alat menuju perdamaian. Ia juga melambangkan harapan bahwa hak-hak rakyat akan dipenuhi dan kehidupan yang bebas akan terwujud di masa depan.
“Dalam sejarahnya yang panjang, Komite Nobel Norwegia menghargai para wanita dan pria pemberani yang menantang penindasan, yang membawa harapan perdamaian di sel penjara, di jalan dan lapangan kota, dan yang menunjukkan melalui tindakan bahwa perlawanan damai dapat mengubah dunia,” ucap Komite Nobel.
Baca juga: Nobel Perdamaian 2024 diberikan kepada Nihon Hidankyo dari Jepang
Baca juga: Peraih Nobel Perdamaian sebut Gaza seperti Jepang setelah bom nuklir
Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.