Saat Tenaga Medis Jadi Korban: Mengapa Kekerasan di Rumah Sakit Terus Terjadi?

19 hours ago 4
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Ilustrasi kekerasan. Foto: Marmalade Photos/Shutterstock

Kekerasan tenaga medis di Indonesia semakin memprihatinkan. Mereka yang bekerja di garis depan untuk menyelamatkan nyawa justru kerap menjadi korban ancaman, intimidasi, bahkan kekerasan di rumah sakit. Fenomena ini bukan hanya persoalan individu, melainkan ancaman serius bagi keberlangsungan pelayanan kesehatan nasional.

Kasus terbaru pada 12 Agustus 2025 menjadi pengingat pahit. Seorang dokter spesialis, dr. Syahpri Putra Wangsa, mengalami kekerasan verbal dari keluarga pasien di RSUD Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Ia dipaksa melepas masker saat bertugas, sebuah tindakan yang jelas melanggar protokol kesehatan sekaligus merendahkan martabat profesionalnya.

Tak lama berselang, publik dikejutkan lagi oleh insiden di Rumah Sakit Bakti Dharma Husada (RS BDH) Surabaya. Seorang pasien menganiaya dr. Faradina dengan bongkahan gragal, memukul kepalanya dua kali dan punggungnya dua kali, hingga sang dokter harus diselamatkan oleh satpam. Kedua peristiwa ini menambah daftar panjang dokter korban kekerasan di Indonesia.

Perlindungan Hukum bagi Tenaga Medis dalam UUD 1945 dan UU Kesehatan

Padahal secara hukum perlindungan terhadap tenaga medis sudah sangat jelas. Pasal 28G ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, serta rasa aman dari ancaman.

Lebih lanjut, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, khususnya Pasal 273 ayat (1) huruf a, menegaskan tenaga medis berhak mendapatkan perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi, standar prosedur operasional, etika profesi, serta kebutuhan pasien. Sementara huruf d pasal tersebut menegaskan bahwa tenaga medis berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan kerja, dan keamanan.

Sayangnya, norma hukum ini belum sepenuhnya terlaksana di lapangan. Banyak tenaga medis enggan melapor karena khawatir akan tekanan dari keluarga pasien maupun institusi tempat mereka bekerja. Aparat penegak hukum pun sering kali dianggap lamban atau tidak memberi efek jera yang tegas kepada pelaku. Kondisi ini membuat tenaga medis berada dalam posisi rawan, seolah tidak memiliki benteng perlindungan yang kokoh.

Peran IDI dan Rumah Sakit dalam Pencegahan Kekerasan

Ilustrasi dokter. Foto: Andrei_R/Shutterstock

Peran organisasi profesi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menjadi sangat strategis. IDI harus konsisten memberikan advokasi, mendampingi anggotanya yang menjadi korban kekerasan, sekaligus mendorong adanya kebijakan yang lebih kuat. Pendampingan hukum dan dukungan psikologis penting untuk memastikan para dokter tidak merasa sendirian menghadapi trauma akibat kekerasan.

Rumah sakit juga memegang peranan penting dalam pencegahan. Sistem keamanan internal harus diperkuat, baik dengan petugas keamanan terlatih, CCTV, maupun mekanisme mitigasi konflik. Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien perlu ditingkatkan agar memahami bahwa tenaga medis bekerja berdasarkan ilmu dan prosedur, bukan sekadar memenuhi tuntutan emosional.

Belajar dari Negara Lain: Zero Tolerance Policy

Jika menengok praktik di negara lain, perlindungan terhadap tenaga medis sudah menjadi standar global. Inggris melalui National Health Service (NHS) menetapkan kebijakan zero tolerance policy terhadap segala bentuk kekerasan kepada tenaga kesehatan.

Di Amerika Serikat, rumah sakit wajib memiliki sistem keamanan berlapis serta prosedur pelaporan insiden yang jelas. Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa kekerasan tenaga medis bukanlah masalah lokal, melainkan persoalan universal yang membutuhkan regulasi dan tindakan tegas dari negara.

Read Entire Article