
Sepak bola bukan hanya soal mencetak gol ke gawang lawan. Dari lapangan, para pemain belajar hal-hal sederhana yang ternyata memiliki pengaruh besar dalam hidup mereka. Mulai dari menumbuhkan rasa percaya diri, hingga belajar mengenai kedisiplinan waktu.
Itulah yang dirasakan oleh para orang tua yang anaknya mengikuti MilkLife Soccer Challenge (MLSC) Yogyakarta Series 1 2025/26, turnamen sepak bola wanita U-10 dan U-12 yang digagas MilkLife dan Djarum Foundation. Lewat kompetisi itu, banyak cerita yang lahir dari dalam maupun luar lapangan.

Ovi, ibu dari Arviliana Azalea (MIN 2 Sleman), masih ingat betul saat anaknya pertama kali mengikuti turnamen MilkLife Soccer Challenge.
"Ya, alhamdulillah senang. Dia berani ikut tanding itu sudah hebat," ucap Ovi kepada kumparanBOLANITA di Stadion Tridadi, Yogyakarta, Sabtu (18/10).
Buat Ovi, sepak bola tak hanya membuat anaknya bergerak aktif. Lebih dari itu, ada perubahan nyata yang ia rasakan di rumah.
"Dia lebih aktif dalam berolahraga, disiplin juga, dan mengurangi main game di rumah. Terus, ini juga positif buat anak-anak untuk pertumbuhan, bikin sehat. Pokoknya, terus semangat mendukung sepak bola untuk anak-anak," imbuhnya.
Perubahan paling besar terlihat pada kepercaya diri anaknya.
"Terutama untuk anak saya yang sekarang ini, tadinya dia agak kurang pede. Sekarang udah berani bertemu banyak orang, bersosialisasi, berani untuk bertanding," ucap Ovi.

Cerita serupa datang dari Anita, ibunda Naura Aghnia (MIN 2 Sleman). Baginya, keikutsertaan sang anak di MilkLife Soccer Challenge merupakan berkah kecil yang membawa dampak besar dalam keseharian.
"Bersyukur anak saya bisa punya kesempatan untuk mengikuti event ini. Dia jadi bisa mengurangi penggunaan ponsel. Di jaman seperti ini kan ponsel itu nomor satu. Tapi dengan mengikuti event ini, anak-anak jadi semangat untuk latihan, bermain bola, dan banyak perkembangan positifnya," kata Anita.
Ia percaya bahwa sepak bola jadi cara sederhana namun efektif untuk membuat anaknya lebih aktif.
"Yang jelas meningkatkan motoriknya itu lebih baik lagi daripada rebahan mainan ponsel, kan. Dengan bermain bola, itu lebih positif dan bergerak yang jelas," tambahnya.

Beda anak, beda cerita. Tapi benang merahnya tetap sama: sepak bola membawa perubahan positif.
Gigi, ibu dari Agatha Gia Adiba (SD Al-Azhar 38 Bantul), juga merasakan hal itu.
"Yang pastinya bangga banget karena ini kebetulan merupakan kedua kalinya ya dari Al-Azhar mengikuti MilkLife Soccer Challenge. Jadi pastinya bangga dan senang banget," ucap Gigi.
Gigi juga melihat anaknya menjadi jauh lebih percaya diri.
"Menurut saya, sepak bola bikin anak saya jadi lebih tangguh. Terus, pedenya juga lebih keluar. Mentalnya terutama ya yang tadinya dia itu pemalu, sekarang jadi lebih berani menghadapi orang-orang baru," kata Gigi.
Pertandingan demi pertandingan yang dijalani juga membuat kemampuan sang anak berkembang pesat.
"Perubahannya lebih jago, karena tadinya dari berawal dia nggak bisa menendang bola. Aturan-aturan pun dia masih bingung, tapi sekarang udah lebih paham. Jadi untuk mainnya pun lebih oke dari sebelum-sebelumnya," pungkas Gigi.
Dari cerita para ibu ini, bisa ditarik satu kesimpulan: sepak bola bukan sekadar permainan. "Si kulit bundar" bisa menjadi ruang tumbuh dan tempat anak-anak belajar disiplin, berani mencoba, dan menemukan versi terbaik dari diri mereka sendiri.