Jakarta, CNBC Indonesia - Produsen minyak dan gas asal Amerika Serikat (AS), ConocoPhillips, akan memangkas 20%-25% tenaga kerjanya sebagai bagian dari restrukturisasi besar-besaran. Hal ini disampaikan juru bicara perusahaan, Rabu (3/9/2025), setelah lima sumber memberi tahu Reuters bahwa CEO Ryan Lance merinci rencana tersebut dalam pesan video pagi hari.
Penurunan harga minyak telah menekan ConocoPhillips dan para pesaingnya tahun ini, memaksa mereka untuk mengurangi staf, memangkas belanja modal, dan mengurangi pengeboran.
"Saya tahu perubahan ini menciptakan ketidakpastian dan tidak menyenangkan," kata Lance dalam video yang didengar oleh Reuters.
Lance merinci biaya telah meningkat sekitar US$2 per barel, sehingga semakin sulit bagi perusahaan untuk bersaing. Lance mengatakan biaya yang dapat dikendalikan telah naik menjadi US$13 per barel pada 2024 dari US$11 pada 2021.
"Saat kami merampingkan organisasi dan mengeluarkan pekerjaan dari sistem, kami akan membutuhkan lebih sedikit peran," tambah Lance.
Harga saham produsen minyak ConocoPhillips ini turun 4,5% menjadi US$94.55, melampaui penurunan 2,6% pada Indeks Energi S&P 500 yang lebih luas.
Penurunan juga dirasakan perusahaan lainnya. Chevron mengumumkan akan memberhentikan hingga 20% karyawannya pada Februari, dan perusahaan energi lainnya, termasuk SLB dan BP, juga memangkas tenaga kerja.
Waktu PHK
Bulan lalu, ConocoPhillips mengidentifikasi lebih dari US$1 miliar (Rp16,3 triliun) cara untuk memotong biaya dan meningkatkan margin, di samping penghematan biaya lebih dari US$1 miliar dari akuisisi Marathon Oil tahun lalu.
Perusahaan ini memiliki sekitar 13.000 karyawan secara global, yang berarti antara 2.600 hingga 3.250 karyawan akan terkena dampaknya. Sebagian besar pemotongan akan dilakukan sebelum akhir tahun.
"Struktur dan manajemen baru akan diumumkan pada pertengahan September, dan reorganisasi akan selesai pada 2026," kata dua sumber.
Pada April, dua sumber mengatakan kepada Reuters bahwa ConocoPhillips, yang berbasis di Houston, telah menyewa perusahaan konsultan manajemen Boston Consulting Group untuk memberikan saran mengenai restrukturisasi dan program PHK, yang secara internal disebut "Competitive Edge."
Laba bersih ConocoPhillips menyusut pada kuartal kedua menjadi sekitar US$2 miliar (Rp32,6 triliun), yang terendah sejak kuartal yang berakhir Maret 2021, saat Covid-19 menghancurkan permintaan. Hingga Rabu sore, saham perusahaan telah jatuh 4,7% tahun ini, dibandingkan dengan kenaikan 5% pada Indeks Energi S&P 500.
"Perusahaan-perusahaan mencari cara untuk melakukan lebih banyak dengan lebih sedikit," kata Dan Pickering, chief investment officer di Pickering Energy Partners.
(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Gonjang-ganjing 'Harta Karun' Kalimantan Tetangga RI, Raksasa Kabur