Phom Penh (ANTARA) - Dana Moneter Internasional (IMF) pada Rabu (3/9) merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi Kamboja pada 2025 menjadi 4,8 persen dari prediksi mereka pada Januari sebesar 5,8 persen.
IMF dalam keterangannya menyebutkan bahwa ekonomi negara Asia Tenggara itu menghadapi tantangan eksternal yang signifikan akibat ketidakpastian kebijakan perdagangan dan ketegangan regional.
Kepala misi untuk Kamboja, Departemen Asia dan Pasifik di IMF Kenichiro Kashiwase mengatakan bahwa ekonomi Kamboja menunjukkan kinerja yang kuat pada 2024, dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil mencapai 6 persen, didukung oleh pemulihan yang kuat dalam ekspor garmen dan pertanian serta pemulihan di sektor pariwisata.
"Momentum ini berlanjut pada awal 2025. Namun pertumbuhan diperkirakan akan melambat menjadi 4,8 persen pada 2025 karena ketegangan perdagangan dan sengketa perbatasan dengan Thailand, meski ada gencatan senjata baru-baru ini, mulai berdampak pada permintaan eksternal, pariwisata, dan arus masuk remitansi," ujarnya.
Dia menambahkan bahwa inflasi diperkirakan akan meningkat secara moderat menjadi sekitar 2,8 persen, tetapi tetap terkendali.
Ekonomi negara kerajaan tersebut sebagian besar bergantung pada ekspor garmen, alas kaki, dan barang-barang perlengkapan perjalanan, sektor pariwisata, pertanian, serta real estat dan konstruksi.
Pada 1 Agustus, Amerika Serikat mengenakan tarif sebesar 19 persen terhadap semua barang yang diimpor dari Kamboja.
Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.