UNGA peringati Hari Internasional Menentang Uji Coba Nuklir

"Peringatan hari ini berlangsung di tengah situasi dunia yang dibayangi oleh konflik, ketidakpercayaan, dan ancaman besar senjata nuklir," ungkap Izumi Nakamitsu, undersecretary-general PBB sekaligus perwakilan tinggi untuk urusan pelucutan senjata, mewakili Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam konferensi tersebut.

Saat kepercayaan antarnegara terus merosot dan investasi dalam persenjataan meningkat, larangan terhadap seluruh uji coba senjata nuklir bukanlah sekadar persoalan teknis atau prosedural, ujarnya. "Hal ini merupakan sebuah kebutuhan moral sekaligus strategis," katanya.

Robert Floyd, Sekretaris Eksekutif Organisasi Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Nuklir (Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty/CTBT), mengatakan bahwa 80 tahun setelah uji coba nuklir pertama dan pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pada Perang Dunia II, tidak ada satu pun senjata nuklir yang diledakkan dalam perang di seluruh dunia.

Dia menambahkan bahwa dalam 50 tahun berikutnya, sekitar 2.000 ledakan nuklir terjadi di berbagai belahan dunia, dengan rata-rata satu kali uji coba setiap pekan selama Perang Dingin.

Sejak dibentuknya CTBT pada 1996, tercatat tak sampai belasan uji coba telah dilakukan, menjadikan traktat ini sebagai kemenangan bagi ilmu pengetahuan, bagi multilateralisme, bagi kemanusiaan, ujar Floyd.

Vivian Okeke, Direktur Kantor Penghubung Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) di New York, mengatakan bahwa sejak didirikan, IAEA telah berupaya mencegah penyebaran senjata nuklir sekaligus memastikan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir dapat dimanfaatkan untuk tujuan damai.

Teknologi nuklir digunakan untuk mendiagnosis dan menyembuhkan penyakit seperti kanker, membantu mengatasi kelaparan, melindungi lingkungan, serta menyediakan energi bersih yang mendorong kemajuan, kata Okeke, seraya menekankan bahwa sangat penting kiranya memastikan teknologi nuklir digunakan dengan aman dan damai.

Pada Desember 2009, Sidang Majelis Umum PBB ke-64 menetapkan 29 Agustus sebagai Hari Internasional Menentang Uji Coba Senjata Nuklir, dengan sebuah resolusi yang diadopsi secara bulat yang menyerukan peningkatan kesadaran dan edukasi tentang dampak ledakan uji coba senjata nuklir atau ledakan nuklir lainnya, serta perlunya menghentikan praktik tersebut sebagai salah satu langkah untuk mencapai tujuan dunia bebas senjata nuklir.