
Xavier Marks, agen real estate Indonesia, resmi memperluas jangkauan bisnisnya ke dua negara baru di Asia, yaitu Jepang dan Malaysia. Setelah debut di Sydney, Australia, pada 2024, langkah ini menandai babak baru bagi real estate asal Indonesia yang kini menjadi pemain properti pertama di pasar global.
Ekspansi global tersebut diumumkan dalam acara Press Conference and Media Gathering di The Acre, Menteng, Jakarta, Rabu (8/10). Keputusan ekspansi ini di dorong oleh peluang pasar dan stabilitas makro di Jepang dan Malaysia.
"Ketiga negara ini, Australia, Jepang, dan Malaysia, memiliki stabilitas politik yang tinggi dan dan menjadi destinasi favorit masyarakat Indonesia," kata Daniel Sunyoto, President Director of Xavier Marks Indonesia.
Menurut Albert Pramono, Executive President of Xavier Marks Tokyo Central (Japan), Tokyo sedang menjadi magnet baru bagi investor global. Salah satu faktor yang mendukung adalah harga properti di Tokyo yang menurutnya sangat terjangkau.
Albert mencontohkan salah satu properti di Asakusa, Tokyo, yang dibeli seharga sekitar 45 juta yen atau Rp 4,8 miliar (kurs Rp 108.798) pada awal tahun dan kini sudah naik menjadi 60 juta yen atau Rp 6,5 miliar hanya dalam delapan bulan. Selain capital gain, investor juga bisa mendapatkan rental yield 7-12% dari Airbnb.
"Di Jepang, kalau properti dijual sebelum lima tahun, pajaknya tinggi. Tapi setelah lima tahun, hanya 10%. Ini cara pemerintah menjaga kestabilan harga agar tidak ada spekulasi," ungkap Albert.
Faktor lain yang membuat Jepang menarik adalah stabilitas politik, tingginya jumlah wisatawan, serta standar pembangunan tinggi termasuk sertifikasi earthquake resistance dan energy efficiency.

Sementara itu, Stevie Lee, Executive President of Xavier Marks WellEstate Malaysia, menjelaskan bahwa Malaysia menawarkan banyak keuntungan yang sulit ditandingi negara lain di kawasan Asia Tenggara.
"Di Malaysia, orang asing bisa memiliki properti dengan status freehold, tanpa pajak jual, dan pajak beli seperti di Singapura atau Australia. Hanya di beberapa wilayah seperti Johor ada foreign levy kecil sekitar 3 persen," kata Stevie.
Harga properti di Malaysia juga relatif terjangkau, dengan rental yield antara 3-15%, Malaysia menjadi pasar yang ideal bagi investor yang menginginkan steady return dan keamanan investasi jangka panjang dan menengah.
Johor kini tumbuh pesat berkat proyek Rapid Transit System (RTS) yang akan menghubungkan Johor dan Singapura hanya dalam enam menit pada 2026.
"Banyak warga Singapura yang kini pindah ke Johor, bahkan menyekolahkan anaknya di sana karena fasilitas pendidikan bertaraf internasional," ujar Stevie.

Investor Indonesia Mulai Lirik Properti Luar Negeri
Dari sisi analisis pasar, CEO of Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda, menilai langkah Xavier Marks untuk membuka akses investasi luar negeri sangat relevan. Investor Indonesia mulai jenuh dengan pasar dalam negeri, terutama di segmen menengah atas yang melambat.
Ali menyampaikan, Jepang dan Malaysia memiliki dua faktor penting yang dibutuhkan investor, yaitu pasar yang sehat dan regulasi yang ramah bagi pembeli asing.
"Pasar luar negeri kini menawarkan yield yang stabil, lingkungan ekonomi yang sehat, dan kebijakan investasi yang bersahabat," ungkap Ali.
Ekspansi ke Jepang dan Malaysia memperkuat posisi real estate Xavier Marks yang berkembang secara internasional. Dengan kehadiran tiga negara ini menegaskan visinya untuk membawa brand Indonesia untuk bersaing di pasar global.
"Ini bukan hanya soal ekspansi bisnis, tetapi juga tentang membawa standar dan semangat Indonesia ke dunia," ujar Daniel.
Reporter: Muhamad Ardiyansyah