Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar menjelaskan langkah-langkah yang diambil pihaknya untuk memastikan cemaran radioaktif Cesium-137 yang ditemukan pada produk ekspor asal Indonesia di wilayah Cikande, Serang, di bawah standar.
Hal ini dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan para importir terhadap produk Indonesia.
“Dalam konteks itu, kita melakukan kepastian bahwa itu (cemaran) di bawah standar,” katanya di Kantor BPOM, Jakarta pada Senin (6/10).
Taruna menjelaskan, standar batas aman cemaran cesium yang digunakan di Indonesia bahkan lebih ketat dibandingkan dengan Amerika Serikat.
“US FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat) sebetulnya standar untuk yang berhubungan dengan cesium itu 1.200 Bq. Sedangkan di Indonesia berdasarkan Badan Tenaga Atom cuma 500 Bq,” ujar Budi.
Ia menyebut hasil pemeriksaan terhadap ratusan kontainer ekspor menunjukkan kadar cemaran jauh di bawah ambang batas.
“Yang didapatkan itu dari 400 lebih kontainer itu cuma ada empat, dan dari empat itu pun sangat rendah, cuma 68," ucap dia.
Meski tingkat radiasi rendah, BPOM RI bersama Satgas Pangan tetap mengambil langkah antisipatif.
“Maka salah satu keseriusannya bahwa Satgas melakukan yang disebut dengan dekontaminasi,” ujarnya.
“Bahkan ada daerah yang di sekeliling terdampak itu telah kita lakukan sikap yang sangat tegas. Kita isolasi dan kita memastikan semuanya berjalan dengan baik," sambungnya.
Taruna menegaskan, pihaknya berperan aktif meyakinkan otoritas Amerika Serikat bahwa produk Indonesia aman dan sesuai standar.
“Tugas kami meyakinkan Badan POM Amerika bahwa itu di bawah ambang batas,” katanya.
Selain itu, BPOM juga melaksanakan joint assessment dengan USFDA untuk memperkuat data ilmiah.
“Kami sudah lakukan dengan yang disebut joint assessment, bahkan ada dokumen bersama yang kita tindak lanjuti,” ujar Ikrar.
Ia juga menyatakan bahwa pihaknya mendapat bukti ada sebagian cesium yang terkontaminasi dari bahan baku pembuatan besi yang diimpor dari Filipina. Menurut Taruna, hal tersebut berbuntut pada BPOM yang melakukan reimpor bahan-bahan tersebut.
Terlepas dari itu, dia menambahkan, komunikasi dengan otoritas Amerika kini berjalan baik.
“US FDA sekarang ini berkomunikasi dengan kita secara soft dalam artian kita tidak bersitegang. Tapi kita membangun reputasi bahwa kita betul-betul serius menghadapi masalah ini," pungkasnya.
Pada Agustus 2025 ada penolakan ekspor udang beku asal Indonesia oleh pihak Amerika Serikat karena terdeteksi terkontaminasi radioaktif. Hasil penyelidikan pemerintah Indonesia, ditemukannya sejumlah titik penimbunan material slag hasil peleburan yang mengandung zat radioaktif Cesium-137 di kawasan industri modern Cikande, Serang.